Sepertinya
menulis bukan kegiatan yang menjadi kebutuhan bagi kebanyakan masyarakat
Indonesia. Jagankan bagi golongan masyarakat awan, bagi para golongan akademis
yang sangat dekat dengan kegiatan ilmiah, menulis masih merupakan kegiatan yang
teramat sulit untuk dilakukan dan dibiasakan. Berbagai macam alasan dilontarkan
dimulai dengan kesibukan sehingga tak punya waktu luang untuk hanya sekedar
menuangkan ide atau gagasan atau mengabarkan sesuatu yang baru kepada dunia.
Ya, memang tak salah apabila ada hasil penelitian yang menyebutkan bahwa tipe
masyarakat Indonesia adalah tipe masyarakat auditori dan visual artinya cukup
hanya dengan melihat dan mendengar saja. Padahal, dibeberapa negara maju dan
berkembang kebiasaan menulis ini merupakan sesuatu yang sudah menjadi
kebutuhan.
Bersyukurlah
para bloger-bloger yang telah hebat-hebat menungkan ide dan gagasannya dalam bentuk
cerita pendek, puisi, atau artikel. Sepertinya menulis semua itu lebih baik
dari hanya sekedar mengganti foto profil yang narsis atau reportase status.
Paling tidak walaupun tulisan kita belum berarti banyak buat orang lain dan
belum banyak disukai orang lain paling tidak tulisan-tulisan kita telah memuaskan
perasaan kita karena telah membebaskan semua ide dan pemikiran yang terpenjara.
Selain itu juga tulisan adalah refleksi dari karakter seseorang. Hanyalah orang
yang berfikiran maju dan mempunyai cara berfikir tingkat tinggi dan kritis yang
mampu menuangkan ide dan gagasannya kedalam bentuk tulisan. Daripada berdebat kusir
dan hanya menyisakan kekesalan pada lawan bicara lebih baik tulis saja semua
argumen ketidakpuasan kita, toh kata Dr. Emi Emilia salah seorang dosen jurusan
pendidikan bahasa Inggris di UPI bilang bahwa tulisan itu lebih tajam daripada
hanya sekedar suara atau kata-kata tanpa makna.
Sudah satu
bulan lebih, saya tidak posting artikel yang hanya sekedar menumpahkan semua
yang ada dalam pikiran. Saya cukup iri dengan beberapa murid saya yang begitu
aktif memposting cerita-cerita, puisi-puisi dan artikel-artikelnya. Hebat,
sepertinya beberapa langkah saya tertinggal dibelakang. Malu juga
menggembor-gemborkan mereka untuk sering menulis eh, ternyata saya sendiri
masih pasif menulis.
Menulis
berarti menorehkan perjalanan sejarah. Pembelajaran bagi masa depan dan pengalaman
dimasa lalu. Mungkin saja tulisan sederhana yang kita tuangkan dapat menjadi
sesuatu yang berarti bagi seseorang yang membutuhkannya. Menulis memang sebuah
proses dan membutuhkan latihan. Semakin sering berlatih membuat seseorang
menjadi lebih baik bari sebelumnya. Kita belajar dari seorang Andrea Hirata
yang sangat booming dengan “Laskar Pelanginya”, padahal novelnya itu tak lebih
dari kumpulan-kumpulan jurnal masa kecinya yang tersusun menjadi sebuah novel
yang inspiratif. Semoga saja suatu saat nanti diantara bloger-bloger,
murid-muridku yang hebat-hebat akan muncul novelist-novelist, jurnalis, dan
para penulis yang awesome...semoga. amiiin
No comments:
Post a Comment