Akhir-akhir
ini aku mulai menjadi pengguna earphone yang aktif. Saat berangkat kerja, saat
menunggu jam pelajaran, disela-sela menilai pekerjaan siswa bahkan saat aku
pulang earphone ini nempel di telinga. Ia mulai memberiku kenyamanan dan
perasaan rilek karena aku merasa tidak harus mendengar apa yang orang sedang
bicarakan yang memang bukan menjadi urusanku.
Hari Rabu
lalu, tanggal 28 Agustus 2013 pukul 17.30. Ya, tepatnya saat pulang
sekolah seperti biasa aku pasang “earphone”
dikedua telingaku dengan maksud membuat rileks sesaat sepanjang jalan pulang.
Lagu “If you are
not the one” Daniel Beddingfield senaja ku putar berulang-ulang.
Hemmm…kondusif untuk melamun walaupun momentnya tidak tepat.
Hujan yang
sebelumnya turun sangat deras mematahkan sayap debu-debu yang berterbangan
menjadikan jalanan cukup adem untuk dilalui dan tentunya lamunanku semakin
mendalam ditemani alunan lagu Daniel Beddingfield yang mendayu. Jalanan becek dan licin
sepertinya tidak masalah saat itu.
Aku sudah sangat
tidak perduli dengan kendaaan yang hilir mudik dan lalu lalang melintas. Aku
pikir “go to hell
with them”. Trapi sejenak untuk menghilangkan penat ini, tampa disadari
ternyata telah membawaku mendekati sebuah petaka, …tampa aku sadari tiba-tiba
seekor kucing sudah berdiri didepan motorku. Tentu saja rasa kagetku membuatku
menarik rem tiba-tiba, dan…………………………tiba-tiba motor merah kesayangaku yang
manis ini berubah seperti kuda liar yang sulit dikendalikan, ban depan berputar
tanpa kendali…..yang ada dibenakku saat itu antara melepaskan kendali atau
berusaha seperti penunggang rodeo, berusaha mengendalikannya.
Melepaskan kendali artinya aku akan terluka parah karena aku yakin tihang telephon disebrang jalan itu yang akan menghentikan laju motorku dan jalanan yang berpasir mengelus beberapa bagian tubuhku,….mengendalikannya tentunya pilihanku saat itu, selanjutnya aku pasrahkan pada yang Maha Kuasa. Kakiku sekuat tenaga sebisa mungkin mencoba menahan laju motorku yang tak terkendali…..dan Alhamdulillah, berhasil………ya kendaraanku bisa kukendalikan.
Melepaskan kendali artinya aku akan terluka parah karena aku yakin tihang telephon disebrang jalan itu yang akan menghentikan laju motorku dan jalanan yang berpasir mengelus beberapa bagian tubuhku,….mengendalikannya tentunya pilihanku saat itu, selanjutnya aku pasrahkan pada yang Maha Kuasa. Kakiku sekuat tenaga sebisa mungkin mencoba menahan laju motorku yang tak terkendali…..dan Alhamdulillah, berhasil………ya kendaraanku bisa kukendalikan.
Akh…memalukan,
sangat memalukan…saat dua orang dipinggir jalan dimana motorku berhenti sejenak
malah menatapku seperti orang aneh…Hei! Aku bukan Valentino Rossi…..please
deh..pikirku sambil merasakan kaki kananku yang mulai terasa sakit setelah
bertarung mengendalikan motorku. Dengan sedikit terpincang-pincang, aku mulai
menstarter kembali motorku yang memang hanya tinggal beberapa meter lagi menuju
rumahku. Rasanya gak lucu kalau harus terjatuh begitu parah diwilayah
kekuasaan, dimana martabatku?? pikirku saat itu. Aku pergi sambil sedikit
mengerutu dengan ulah penonton yang terpana dengan aksiku.
Akhirnya
sampai juga di rumah. Rasa sakit terasa semakin tak tertahankan. Air mata yang
kusimpan selama diperjalanan akhirnya tumpah juga. Akh, gara-gara earphone..
aku terbuai sehingga tak sadar ada bahaya mendekat. Dan kucing itu….kemana
larinya ya????? Tak sepatah kata dia ucapkan, yang kuingat dia hanya menengoku
saat aku berhenti di pinggir jalan untuk sejenak merasakan rasa sakit…..Ah,
mungkin dia (kucing itu) sedang melamun juga sama sepertiku, ….tapi dia
sepertinya sedang sakit karena ku lihat dia tergesa-gesa keluar dari sebuah
klinik...........ya, namun yang jelas dia bukan pasien DBD yang lari dari ruang
gawat darurat??? ......Untungnya lagi,... dia tidak bawa infusan..coba saja kalau "IYA"…wah, pasti
dia mirip dengan temanku…hehehe….peace bro!
No comments:
Post a Comment